Motivasi dari dalam Diri

Sebagai seorang pelatih kebugaran kita akan menghadapi berbagai macam tipe klien dengan motivasi dan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang bertujuan untuk memiliki tubuh yang lebih sehat, menurunkan berat badan, memiliki tubuh yang berotot dan atletis, atau secara spesifik bertujuan untuk meningkatkan performa dalam kompetisi olahraga. Di sisi lain, ada juga klien yang terdorong untuk berolahraga karena tidak ingin diejek oleh keluarga dan teman-temannya atau ingin terlihat keren didepan cermin.

Jika melihat tujuan-tujuan di atas, bisa kita lihat bahwa klien dapat termotivasi untuk berolahraga karena faktor eksternal (motivasi berolahraga berasal dari luar dirinya) dan faktor internal (motivasi berolahraga berasal dari diri sendiri). Menurut ilmu psikologi olahraga, kedua bentuk motivasi ini disebut sebagai motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Saat klien pertama kali berolahraga, biasanya mereka belum memiliki motivasi intrinsik yang kuat yakni senang melakukan olahraga, dan lebih termotivasi secara ekstrinsik. Sebagai seorang trainer, tugas kita adalah untuk menbangun motivasi tersebut dari dalam agar klien menikmati proses berolahraga.

Bagaimana caranya? Memberikan Autonomy Support.

Salah satu cara membangun motivasi intrinsik klien adalah dengan membangun otonomi atau kebebasan dalam berolahraga. Otonomi yang tinggi pada klien yang berolahraga telah diteliti dapat mendorong klien untuk memiliki tingkat energi yang baik. Sedangkan tingkat otonomi yang rendah dalam berolahraga akan mengakibatkan klien lebih emosional dan lebih mudah merasa lelah. Oleh karena itu pelatih kebugaran perlu menerapkan  autonomy support agar meningkatkan rasa otonomi  dan motivasi diri klien.

Untuk membentuk autonomy support, pelatih kebugaran dapat:

  • Memberikan variasi pilihan bentuk olahraga yang akan dilakukan klien;
  • Mengajak klien untuk ikut serta menentukan program latihan yang akan dilakukan;
  • Menentukan tujuan dan goal yang ingin dicapai bersama-sama dengan klien;
  • Ketika klien tidak dapat melakukan suatu gerakan tertentu, berikan variasi pilihan gerakan lain yang dapat dilakukan dengan baik oleh klien;
  • Memahami bahwa preferensi dan kemampuan klien berbeda-beda, sehingga variasi latihan ditentukan berdasarkan preferensi dan kemampuan klien tersebut.

Jadi, sebagai pelatih kebugaran, kita tidak hanya memberikan instruksi pelatihan pada klien, akan tetapi kita juga perlu membangun motivasi berolahraga dalam diri klien sehingga klien merasa senang dalam berolahraga. Autonomy support dari pelatih akan membangun motivasi tersebut sehingga terbentuk kerja sama yang sinergis antara pelatih dan klien dalam melakukan program olahraga.

Kontributor:  Dibya Pradipta